Oleh-oleh dari ust. Syukron Amin (@Syukronamin)
Secara estimologi, definisi i'tikaf berarti ihtibas (memenjarakan). Maksudnya; menahan diri dari segala rutinitas. Berbeda dari etimologi, dalam terminologi fiqih ada beberapa pengertian. Tetapi yang populer adalah arti I'tikaf yaitu almuksu (berdiam diri). Sebagaimana ritual2 lainnya, selain dalil masyru'iyah (penetapannya), dalam I'tikaf juga terdapat syarat-rukun yg harus terpenuhi. I'tikaf yang juga disebut dengan "spiritual retreat" adalah ritual yang istimewa. Landasannya; QS Al-Baqarah:125 & 187.
Kapan I'tikaf ditunaikan? Pada 10 hari terakhir Ramadan. Merefer HR Aisyah & Ibn Umar. Hukumnya sunnah-muakkad (sangat dianjurkan). Menurut ijma (konsesus pakar fiqih dari berbagai mazhab), i'tikaf tidaklah wajib kecuali bagi mrk yg bernazar. Syarat I'tikaf antara lain; Islam, Mumaiyyiz (berakal), suci dari hadats besar. Rukunnya yaitu niat & berada dlm masjid (bukan mushola).
Faktor utama mustahab/sunnahnya I'tikaf adalah sbg media yg efektif utk memburu malam kemuliaan (lailatul qadr). Menurut pendapat jumhur (mayoritas ulama), wanita yg suci dr hadats besar boleh I'tikaf. Karena tidak ditemukan dalil yang mencegahnya.
I'tikaf bukanlah bertapa, apalagi sekedar pindah tidur di masjid. Melainkan ritual khusus utk memfokuskan diri dlm zikir. Dengan adanya syarat-rukun I'tikaf, tentu mengakibatkan adanya kemakruhan dan hal-hal yang membatalkan I'tikaf, seperti keluar masjid.
Dengan I'tikaf, seseorang dilatih untuk konsentrasi & konsisten meluruskan serta membersihkan hati secara totalitas dalam beribadah. Secara psikologis, I'tikaf sangat disarankan. Karena dapat merubah mindset seseorg dalam memandang 'dunia'. Jiwa lebih tenang. I'tikaf merupakan ibadah yang melibatkan kesadaran. That's why disyaratkan di masjid yang memiliki vibrasi positif.
Secara spiritual, esensi I'tikaf adalah mengurung/menahan hawa nafsu supaya taqarrub/mendekatkan diri kepada Allah. Dgn demikian, jika dimaknai secara kontekstual, hakikat I'tikaf mrpkn ibadah ruhani utk menculkan kekuatan jiwa.
Bagi kaum Sufi praktis, I'tikaf dinikmati dg melaksanakan ritual2 tertentu seperti shalat2 & zikir2 khusus. Kalangan Salafi melakukan I'tikaf dg tanpa melakukan ibadah tertentu. Bagi mereka, yang terpenting berdiam diri di masjid.
I'tikaf tdk hanya disunnahkan pada 10hr terakhir Ramadan, tp juga hari2 biasa lainnya. Namun dengan ketentuan2 tertentu pula. Ada pendapat ekstrim, bhw I'tikaf bisa dilakukan tanpa ritual. Yaitu dengan bermuhasabah/analisa diri di keheningan malam.
Secara umum, zikir terbagi menjadi 2 macam; lisan & qalbu. Dalam I'tikaf, zikir lisan berupa ma'tsurat sangat mendominasi.
Jika I'tikaf dihayati dg benar, peluang memperoleh pengalaman spiritual sangat terbuka. Artinya bukan sekedar formalitas. Yg pasti, hampir semua tokoh Muslim klasik pernah mengalami "perjalanan spiritual"nya ketika menunaikan I'tikaf Ramadan.
Mengapa I'tikaf secara ritual perlu dilakukan?
Karena segala sesuatu butuh media. Masjid dan zikir adalah media I'tikaf.
Saran saya, kalopun kita belum bisa ikut I'tikaf, setidaknya kita jangan sungkan minta didoakan mereka yg melaksanakan I'tikaf.
Sewaktu di Yaman, alhamdulillah ustadz Syukron Amin terbiasa I'tikaf. Baik bersama kaum Sufi maupun Salafi prnh sy alami. Benar2 tak terlupakan.
Pengalaman I'tikaf ustadz Syukron Amin di Yaman, yang tahun kemarin dishare singkat di Kompas. Intinya sangat mengesankan. Silakan rasakan sendiri2.
Di negara-negara Arab, biasanya orang yang I'tikaf akan mendapatkan "bonus" berupa zakat dari orang tajir. Entah kalo di Indonesia ada tidak? Cara mensiasati agar bs dpt sepercik berkah I'tikaf; ketika tarwih niatlah beri'tikaf. Demikian kultwit ini. Makasih & maaf.
nice infonya kak
ReplyDelete