Ada yang pernah pergi ke suatu festival? Festival buku? Dari pertama kali rencana Patjar Merah mau digelar ke Malang, mungkin aku adalah salah satu followers @patjarmerah_id yang paling histeris menyambutnya dengan bahagia hanya karena aku sudah pindah domisili di kota Apel ini. Dengan senang hati, langsung menyebarkan info ke teman ngopi, teman dolan dan saudara untuk diagendakan harus berkunjung kesana.
Apa Itu Patjar Merah?
Patjar Merah merupakan sebuah festival kecil literasi dan pasar buku keliling nusantara. Yups, beneran keliling. Berangkat dari titik nol di kota Yogyakarta, Patjar Merah pertama kali diadakan oleh mbak Windy Ariestanty, seorang editor, penulis kesayanganku.
Sejarah Berdirinya Festival Patjar Merah
Mbak Windy menolak anggapan minat baca Indonesia yang rendah, hanya akses saja yang tidak merata. Berangkat dari pemikiran untuk membuat literasi setara di Indonesia. Karena kalau berbicara akses itu adalah sebuah tantangan tersendiri di Indonesia. Entah terhadap buku atau sebaran ilmu. Literasi tidak hanya baca-tulis tapi bagaimana pemahaman kita atas bidang-bidang tertentu piunya akses yang sama.
Berangkat dari keinginan menciptakan akses literasi yang baik, maka mbak Windy berpikir, kenapa nggak bikin festival literasi dan pasar buku tapi keliling Nusantara, keliling Indonesia. Lalu akhirnya mengajak mas Irwan Bajang, penulis yang juga salah satu penggagas Patjar Merah.
Sepertinya butuh orang banyak untuk mewujudkan mimpi ini, akhirnya banyak orang yang dijebak untuk bekerja sama. Realistis saja, Yogya menjadi titik mula karena bagaimana pun, yang bisa diakses sebelum berkeliling ke tempat-tempat jauh adalah kota ini.
Maka, resmi pada tanggal 2-10 Maret 2019 menjadi kelahiran festival buku dan pasar buku keliling nusantara yang pertama ini. Dengan Yogyakarta sebagai titik nol perjalanan keliling Patjar Merah.
"Sebab akses literasi yang merata & setara adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat." Windy Ariestanty
Perjalanan Keliling Patjar Merah
Setelah sukses dengan titik nol di Yogyakarta, Patjar Merah melanjutkan perjalanan ke daerah timur, yakni kota Malang. Perjalanan ini tentunya tidak sendirian. Mbak Windy dan tim Patjar Merah mengajak beberapa pihak untuk kerja bareng.
Bukan tanpa alasan Patjar Merah melanjutkan perjalanan keliling ke kota Malang. Diambil dari polling yang diadakan di instagram Patjar Merah, pilihan kota terbanyak adalah Malang yang kemudian diselenggarakan pada tanggal 27 Juli - 4 Agustus 2019.
Jatuh Cinta Pada Festival Buku Patjar Merah
Pasalnya, sejak pertama kali tahu Patjar Merah di Jogja sana dan merupakan bazar buku yang tidak sembarang bazar buku murah, aku langsung jatuh cinta. Malah ada yang jadi korban untuk mampir ke lokasi di Jogja karena aku ndak bisa hadir. Maafkan aku, ya Pret! (Bukan Kampret😆).
Ya, aku seantusias itu mengikuti lini masa Patjar Merah. Patjar Merah lebih
dari sekadar bazar buku tapi menyediakan ruang dan obrolan antara penulis dan
pembaca serta pemerhati literasi.
Saat diberikan form siapa saja yang ingin didatangkan ke
Patjar Merah, auto aku isi dengan nama Uda Ivan Lanin, Mas Agus Magelangan,
Mbak Kalis Mardiasih, Mas Puthut EA, dan Koh Alexander Thian. Dan bahagia dong,
sebagian besar mereka beneran diundang. Kalau bisa aku
akan datang ke Patjar Merah tiap hari, rencana awalnya begitu, heuheu.
Hari Pertama Festival Patjar Merah Malang
Hari pertama Patjar Merah, tepat hari Sabtu (27/07) kemarin,
yang biasanya akhir pekan waktunya bermalas-malasan karena momen inersia dan
gaya gravitasi kasur lebih besar dibanding permukaan bumi lainnya, tidak
terjadi Maemunah!
Demi menghadiri pembukaan Patjar Merah, aku rela mencuci
baju dan mandi pagi. Hello, dinginnya air Malang di pagi hari sudah tidak
terasa lagi. Sepertinya jatuh cinta memang membuat logika mati? Entahlah, yang
kurasakan saat itu sangat bahagia. Hormon endorfin pada diriku sedang
diproduksi besar-besaran, sepertinya.
Bertemu dengan Penulis Favorit
Bertemu dengan para penulis favorit mungkin bagi sebagian orang merupakan hal yang luar biasa. Begitulah, aku dengan keluguanku memamerkan hasil foto bersama para penulis tsb. Auto ngiri dong mereka yang tidak bisa hadir ke Patjar Merah. Oke, mari kita nganan saja untuk melanjutkan hidup yang lebih baik. Tapi tetep, sodorin hasil foto bersama para penulis. Nyoh, haha.
Patjar Merah adalah Perlawanan
Banyak hal yang bisa diperoleh dari kegiatan yang menurut paman Seno Gumira Ajidarma ini adalah sebuah perlawanan. Perlawanan pada pola-pola pameran buku yang monoton, pada gedung yang mewah dan nyaman, pada buku yang mahal dan harganya tak terjangkau.Perlawanan sejenis ini harus banyak dan dilakukan beramai-ramai. Kalimat beliau
ini pasti membuat orang-orang yang ada di balik Patjar Merah ini merasa usaha
mereka memang sangat berharga. Dan aku salut kepada mereka semua, muah.
Sementara kata Mbak Kalis Mardiasih di sesi obrolan Patjar hari ketiga, jihad perempuan hari ini yaitu menjaga kesadaran dirinya saat sekrol akun media sosial.
Dan sebuah pengingat dari Gus Achmad Dhofir
Zuhry bahwa sudah seharusnya kita menjadi orang yang 'aqil (عاقل), yakni orang
yang mempunyai mekanisme pemikiran, karena akhir-akhir ini makin banyak orang
yang terjebak dengan pemutlakan tafsir akibat defisit ilmu. Tapi mereka
kebanyakan hanya mau belajar secara instan, terutama belajar agama sehingga
kebanyakan sekarang segala sesuatu diperjualbelikan dan dibungkus dengan kedok
agama.
Bagaimana, sangat bergizi kan? Merugilah kalian yang belum bergabung di obrolan Patjar. Tapi tenang, Patjar Merah masih berlangsung hingga hari Ahad besok. Dan obrolan Patjar masih ada dengan topik yang tak kalah serunya.
Awas Kalap Jajan Buku
Selanjutnya, bisa dilihat hasil rebutan sementara(?) dari pasar buku murah yang ada di dalam Patjar Merah. Kalap? Bukan. Sedang buka jastip? Tidak juga.
Percayalah, mencoba menahan untuk tidak memborong di saat banyak diskon gila-gilaan sementara tumpukan TBR masih menggunung adalah jihad seorang pembaca buku. (quotes remah by Naqi). Tapi kemudian aku menyesal melewatkan buku seri sastra KPG seharga sepuluh ribuan ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜.
Penutup
Jadi, kalian sudah memborong apa saja di Patjar Merah selain ilmu dari para pemantik obrolan Patjar atau diskusi serta foto bareng mereka? Jangan jawab Patjar Kita, karena Patjar Kita hanya berlaku selama Patjar Merah berlangsung dan di area, bukan begitu Patjarmin @patjarmerah_id?
Terima kasih sudah memberikan kesempatan diadakannya festival literasi di
Malang, Mbak Windy,
Mas Irwan Bajang, dkk.
Mbak W, aku makin ngfans sama kamu 💗. Yang tak kalah
serunya, akhirnya aku bisa punya patjar juga di Patjar Merah, meski
beberapa jam selama beberapa hari ini. Salam literasi.
Post a Comment
Post a Comment