Kalian suka membaca cerita pendek (cerpen)? Atau sering menulis cerita pendek? Pasti kalian sudah paham dong dengan unsur dalam cerpen. Nah, kali ini Naqi mau menuliskan opini tentang sebuah cerpen.
Cerita pendek yang kubaca kali ini dituliskan oleh Heru Sang Amurwabumi berjudul Dari Gunuang Omeh, ke Jalan Lain di Moskow, Menuju Hukuman Mati di Kediri. Judulnya panjang juga ya :D
Oke, tak usah lama-lama, yuk bahas tentang cerpen ini ya.
A. Unsur Intrinsik
Seperti yang sudah dijelaskan pada artikel sebelumnya, unsur-unsur yang ada dalam sebuah cerpen ini terdiri dari latar, tokoh dan penokohan, serta alur. Pada cerpen mas Heru ini markihas, mari kita bahas.
1. Latar
Dengan setting tempat di pedalaman Gunung Wilis, tempat persembunyian Datuk Tan Malaka di perbatasan Kediri, beliau ditembak oleh pasukan batalyon. Nah, untuk setting waktu adalah setelah masa perjanjian Linggarjati dan Renville disetujui, yakni tahun 1949.
Dan ini dikuatkan data waktu meninggal Tan Malaka adalah pada tanggal 21 Februari 1949.
2. Tokoh dan penokohan
Menggunakan sudut pandang pertama tokoh aku yang diperintah komandan Batalyon untuk membunuh Datuk Tan Malaka. Dengan tokoh utama di sini adalah Datuk Tan Malaka yang diburu pemerintah untuk menyerahkan diri, hanya karena Datuk sudah tidak sependapat dengan pemerintah dan menciptakan gerakan revolusi.
Saya bukan pengkhianat. Saya hanya tak terima ketika orang-orang di Jakarta terlalu kompromi dengan Renville dan Linggarjati.
Seberapa banyak penduduk Indonesia yang mengenal datuk Tan Malaka? Bahkan aku baru tahu namanya saat duduk di bangku kuliah, dengan bukunya Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika). Beliau adalah pahlawan kemerdekaan.
Bersama dengan Soekarno dkk. melawan penjajah dengan caranya. Beliau bergabung dengan Syarikat Islam menentang kolonial
3. Alur
Dibuka dengan adegan kematian Datuk yang tertembak oleh pasukan batalyon, alur yang digunakan yakni alur maju-mundur. Setelah Datuk meregang nyawa, cerita dibawa ke masa seminggu sebelumnya.
B. Pesan dari Sepotong Perjalanan Hidup Tan Malaka
Nah dalam cerpen ini menceritakan sesi pembunuhan Tan Malaka yang masih mengandung misteri, sampai saat ini. Memang dugaan terkuat kematian beliau adalah seperti dalam cerpen ini. Beliau dibunuh bangsanya sendiri, tanpa diadili dengan payung hukum negeri. Dan berakhir dengan tuduhan pengkhianat bangsa hanya karena pemikirannya berseberangan dengan pemerintah. Setiap yang dianggap mengganggu jalannya pemerintah, akan disingkirkan.
Sounds familiar? Haha, yang perlu digarisbawahi adalah sejarah pasti berulang kok. Hal ini seperti sudah menjadi sunnatullah. Setiap yang mengganggu jalannya kepentingan pemerintah, meskipun dia memihak rakyat jelata akan diburu dan disingkirkan. Tak peduli dulunya dia berjasa terhadap bangsa dan negeri.
Propaganda melawan penjajah melalui tulisan-tulisan kritisnya. Terbukti tulisannya berjudul “Tanah Orang Miskin” membuat Pemerintah Kolonial murka. Dia mengkritik keras adanya penderitaan serta keterbelakangan hidup kaum bumiputera di Sumatera.
Tan Malaka atau Sutan Ibrahim dan diberi gelar Datuk Tan Malaka berasal dari tanah Minang, Sumatera Barat. Lebih tepatnya kecamatan Suliki yang sebelumnya gabungan daerah Gunuang Omeh.
Dari judul cerpen bisa dilihat bahwa perjalanan hidup Datuk berkisar dari Gunuang Omeh, Moskow dan berakhir meninggal dunia di Kediri. Pergerakannya dalam melawan ketidakadilan seperti yang dilakukan para buruh terhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat aksi-aksi pemogokan, disertai selebaran-selebaran sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyat agar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum buruh.
Pergulatan Tan Malaka dengan partai komunis di dunia sangatlah jelas. Ia tidak hanya mempunyai hak untuk memberi usul-usul dan dan mengadakan kritik tetapi juga hak untuk mengucapkan vetonya atas aksi-aksi yang dilakukan partai komunis di daerah kerjanya. Meskipun demikian, dia memisahkan diri dan kemudian memutuskan hubungan dengan PKI, Sardjono-Alimin-Musso.
Tak hanya jasadnya, bahkan makamnya sampai saat ini masih menjadi teka-teki.
C. Penutup
Yang perlu kita lakukan sebagai generasi penerus tentunya belajar dari sejarah. Akan tetapi sejarah yang tersebar selalu masih menyisakan banyak ruang kosong. Oleh karena itu, kita tak seharusnya berhenti membaca dan terus belajar.
Nasib Tan Malaka memang tak sejalan dengan ide dan gagasannya tentang Indonesia. Sebagian besar ide dan gagasannya berhasil ia tuangkan dalam bentuk buku. Kematian Datuk Tan Malaka dalam Cerpen Dari Gunuang Omeh, ke Jalan Lain menyisakan sebuah kesedihan pada bangsa ini. Pahlawan kemerdekaan dianggap pengkhianat :(.
Referensi:
- Wikipedia
Saya juga lagi coba dan belajar cara membuat cerpen nih, walaupun belum ada obrolan dalam cerita yang saya buat.. Kalau tidak ada obrolan antar masing-masing karakter gitu apakah bisa disebut cerpen yaa, soalnya saya sering banget lihat kebanyakan orang membuat cerpen itu ada obrolan ringannya gitu.. hhi
ReplyDelete