Kalian pernah mengalami falling in love with someone you can't have dan berakhir pedih? Sini, ngumpul baca ulasan buku Sumur karya terbaru Eka Kurniawan saja, biar merasa ditemani.😷
Ulasan Buku Sumur
Setelah kemarin nonton film Tak Ada yang Gila di Kota Ini yang merupakan adaptasi dari cerpen karya Eka Kurniawan, sekarang mau lanjut nulis ulasan buku terbarunya, berjudul Sumur. Sebenarnya, awal aku tertarik untuk membelinya karena dikatakan oleh pihak penerbit bahwa buku ini hanya dicetak sekali sejumlah 3000 eksemplar. Entah ini hanya taktik marketing atau memang yang sebenarnya.
Akan tetapi kemudian aku sadar, tak ada salahnya membeli karya sastrawan Indonesia yang sudah go international ini kan? Yuk, simak ulasan dariku ini.
Blurb
Sumur adalah cerita pendek karya Eka Kurniawan, nomine Man Booker International Prize 2016 dan peraih Prince Claus Laureate 2018. Cerita pendek ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris di antologi Tales of Two Planets dengan judul “The Well”, diterbitkan oleh Penguin Books pada 2020.
Identitas Buku
- Judul: Sumur: Sebuah Cerita
- Penulis: Eka Kurniawan
- Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
- Editor: Mirna Yulistianti
- Desain sampul dan ilustrasi: Umar Setiawan
- Tahun terbit: 2021
- Tebal buku: 51 hlm.
- Genre: Cerita Pendek
- Untuk: 16+
- ISBN:978-602-06-5324-2
- Harga: Rp50.000,00
Ulasan Buku
Kalian tidak salah baca judul dari buku ini kok. Sumur: Sebuah Cerita. Buku ini memang hanya terdiri satu buah cerita saja. Bukan kumpulan cerpen seperti kebanyakan cerpen atau buku kumpulan cerpen yang beredar.
Kalau membaca sebuah cerita pendek (cerpen) nih, ibarat makanan, kita makannya tuh masih nanggung, nggak cukup mengenyangkan tapi tergantung gizi makanannya, tergantung dari bumbu apa yang ditumpahkan oleh penulis. Nah, saat membaca buku mungil ini kurang kenyang tapi sangat menikmatinya, pedih terasa.
Di dalam buku Sumur ini berisi tentang kepedihan karakter-karakter tokohnya. Suasana yang dibangun mas Eka sepanjang cerita ini segalanya tentang kemurungan. Semua dibalut tragedi demi tragedi dan tetap berakhir dengan kepedihan.
Sumur bercerita tentang Toyib dan Siti, dua orang yang tinggal di sebuah desa yang tidak subur, terus mengalami kekeringan dan terpencil. Sumber mata air di kampung itu sangat sedikit. Dan salah satu sumber mata air adalah sumur.
Dalam buku berhalaman 50 ini, Toyib dan Siti menjadi dua tokoh yang tak bisa terlupakan. Ada cinta yang terpendam, namun sulit untuk bersatu tanpa menyakiti yang lain karena keadaan tertentu. Falling in love with someone you can't have, eaaa. Cung yang senasib!
Dibuka dengan kisah duel antara dua orang lelaki yang menjadi awal masalah konflik cerita Sumur ini, ayah Toyib dan ayah Siti. Sengketa antara pemilik petak sawah di sebelah kanan dan kiri kampung. Sebuah kampung yang sumber mata airnya akhirnya menjadi hamparan lumpur disebabkan hujan jarang datang dan kemarau memanjang hingga sebelas bulan dalam satu tahun.
Karya mas Eka selalu identik berisi dengan pesan sarkastik dan disampaikan dengan bahasa yang sederhana, liar dan lugas. Begitupun dalam buku ini, sampai ada tanda untuk usia 16+ karena mengandung perkelahian dengan senjata. Dalam buku Sumur juga terdapat beberapa gambar ilustrasi yang memang menambah keintiman cerita.
Yang menderita bukan hanya aku dan kamu, tapi semua orang. Kau lihat, tak ada lagi anak-anak di kampung ini. Mereka berhenti sekolah dan pergi ke kota. Jadi pembantu, jadi pelayan warung, jadi juru parkir. Kau tahu, singkong pun tak lagi mau tumbuh di petak sawah. (halaman 41)
Dari konflik yang ada dalam buku ini salah satunya adalah tentang perubahan iklim yang terjadi. Yang bikin terhenyak dalam buku ini adalah saat mas Eka memberikan makna air dan sumur dalam konteks simbol yang kontradiktif. Bagaimanapun, air adalah sumber kehidupan, dan saat kita memanfaatkannya, akan terjadi kehidupan yang sejahtera. Namun konflik yang muncul di pintu air menjadi bencana pembunuhan.
Sumur juga bisa dimaknai sebagai tempat bertemunya beberapa mata air. Nah, dalam buku ini sumur diceritakan sebagai tempat pertemuan Toyib dan Siti setelah beberapa tahun tidak bersapa. Sumur di sini menjadi latar kisah, sekaligus pusat konflik. Di akhir cerita, sumur menjadi puncak dari peristiwa tragis dan menyedihkan.
Dari keseluruhan aku merekomendasikan buku ini dengan nilai rating 3,8/5. Dengan packaging semacam amplop yang serupa dengan sampul bukunya, buku Sumur karya Eka Kurniawan ini cukup bagus untuk dibaca dan dikoleksi.
Penutup
Seperti yang kutulis sebelumnya di atas, buku ini sangat bisa dinikmati tapi belum cukup kenyang. Harapanku sebagai pembaca mungkin kalau bisa dipanjangkan sedikit akan menjadi novel lebih puas. Tapi kan kembali lagi maunya penulis yak, heuheu.
Masalah harga juga agak mahal ya untuk ukuran sebuah cerita pendek. Tapi alhamdulillah, untungnya pas dapat diskonan dari gramedia.com kemarin, hehe. Yuk dukung karya penulis Indonesia dengan membeli buku original ya. Salam literasi! :)
Post a Comment
Post a Comment