Halo, Gais. Adakah Kalian yang pernah mendaki gunung? Gunung mana saja? Sini yang belum pernah sama sekali, samaan deh, hehe. Kali ini mau mengulas buku memoar perjalanan mendaki gunung dari seorang perempuan. Ikuti terus ya.
Review Meru Anjani
Ada yang pernah mendaki gunung Semeru atau gunung Rinjani? Yups, Meru Anjani ini merupakan kisah perjalanan penulis yang nekad mendaki dua gunung ini. Mau tahu ceritanya? Baca terus sampai akhir ya.
Blurb
Tepat setelah resign dari pekerjaan, perjalanan ini aku mulai. Sebuah perjalanan yang tak pernah aku rencanakan sebelumnya. Mendaki dua gunung yang termasuk dalan seven summit Indonesia. Dalam tahun yang sama dan dalam waktu yang berdekatan.
Sebuah perjalanan yang membukakan mataku tentang dunia luar yang sudah lama tak terjamah olehku. Setelah terjebak dalam rutinitas harian. Bangun pagi – berangkat kerja – berada seharian dalam ruang berdinding beton – lalu pulang – dan bertemu kembali dengan kasur.
Sebuah perjalanan yang berhasil merontokkan ego dan keangkuhan manusia kerdil ini, membuatnya berani keluar dari kotak nyamannya yang telah lama ia tinggali. Dan menyadari bahwa ada dunia lain, di luar kotaknya yang ternyata sangat luas dan besar.
Identitas Buku
- Judul : Meru Anjani
- Penulis : Laily M Octavia
- Penerbit : CV. Bukuin Publishing
- Hlm : iv + 178 halaman
- Tahun terbit: 2021
- ISBN : 978-623-96133-7-2
Review
Dibagi dengan 2 subbagian, Semeru dan Rinjani, buku ini dibuka dengan kisah legenda munculnya Semeru dan Rinjani dalam dunia pewayangan. Buku berjudul Meru Anjani ini merupakan memoar perjalanan penulis menaklukkan gunung Semeru dan gunung Rinjani yang ditulis dengan gaya novel. Jadi, asyik bacanya seperti kita membaca novel petualangan.
Cerita dalam buku ini mengasyikkan, meskipun gemas saat baca bagian penulis melakukan perjalanan ke gunung Semeru. Gemas karena persiapan penulis untuk mendaki gunung tertinggi di pulau Jawa ini sangat minim.
Namun akhirnya salut karena penulis berhasil menaklukkan ego, ketakutan serta keraguan yang ada dalam dirinya. Yang lebih salut lagi, penulis masih menjaga salat lima waktu di tengah perjalanan pendakian. Suatu hal yang sulit dilakukan bukan?
"Capek boleh, menyerah jangan." (hlm. 35)
Pada tahun yang sama, perjalanan pendakian Gunung Rinjani yang ada di Nusa Tenggara Barat lebih siap. Tapi bukan berarti tidak ada hambatan. Dari perjalanan pendakian ini merasa ditampar lagi bagaimana keangkuhan dan ego seseorang.
Selain itu, di dalam buku ini juga menyisipkan sedikit kisah horror pendaki gunung Semeru, heuheu.Ya, seperti yang sudah santer dibicarakan bahwa Tambahan foto di dalam buku ini juga menambah kesan perjalanan yang mendalam.
Kisah perjalanan penulis asal Malang mendaki gunung Semeru dan Gunung Rinjani pada tahun 2016 ini membuatku paham begitu banyak persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pendakian. Terutama untuk pemula, macem aku. Tidak hanya persiapan alat saja, tidak kalah penting adalah persiapan fisik dan mental.
Perjalanan dalam buku ini mengajarkan tentang banyak hal selain persiapan pendakian. Pada akhirnya, pendakian gunung adalah perjalanan yang berhasil mengerem ego dan tahu batasan diri sendiri.
"Puncak itu hanyalah bonus, bukankah tujuan utama pendakian yang sesungguhnya adalah untuk pulang sampai rumah dengan selamat." (hlm. 63)
Post a Comment
Post a Comment