Kalian merasa tidak, saat ini ragam kata maupun frasa yang digunakan dalam percakapan bahasa Indonesia makin sekenanya? Apalagi yang beredar di lini masa media sosial.
Nah, Recehan Bahasa: Baku Tak Mesti Kaku karya Ivan Lanin ini hadir untuk menemani pembaca yang gaul dan suka menggunakan istilah-istilah tersebut. Langsung saja simak ulasan buku kali ini ya!
Ulasan Buku
Setelah mengenal Xenoglosofilia: Kenapa Harus Nginggris?, kini aku semakin cinta dan ingin belajar lebih lanjut dengan bahasa Indonesia ini. Maka, aku ambil saja karya Ivan Lanin yang dijuluki sebagai Kamus Berjalan di media sosial ini untuk menemani hari libur.
Blurb
Kepintaran tenggelam tanpa keterampilan bahasa.
Kedunguan gemerlap berkat kepiawaian bahasa.
Bahasa tidak muncul dari ketiadaan. Kata muncul dari interaksi sehari-hari antarmanusia yang membentuk sebuah sistem komunikasi yang disepakati bersama yang disebut bahasa.
Tak jarang, istilah-istilah receh yang kita sepelekan menjadi salah satu tonggak perkembangan bahasa. Misalnya kata segede gaban, alay, dan ambyar yang memunculkan semua citra yang melambangkan sebuah generasi tertentu.
Ivan Lanin mengumpulkan recehan bahasa yang berserakan di lini masa media sosial untuk kita nikmati bersama dalam buku ini, sebagai sebuah hiburan sekaligus penambah pengetahuan yang penuh cita rasa.
Sambil rebahan ataupun tirah baring, mari kita nikmati Recehan Bahasa: Baku Tak Mesti Kaku. Tak perlu malu dan kaku dalam berbahasa. Biarpun kamu jomblo atau jomlo, berbahasa, meski receh, tidak pernah dilarang.
Identitas Buku
Ulasan
Dalam berkomunikasi sehari-hari, tak jarang kita menggunakan istilah yang sedang hit pada saat itu. Ayo, ngaku! Namun ternyata, istilah tersebut lambat laun makin merajai hingga terkadang mengaburkan padanan kata yang lebih tepat dalam bahasa Indonesia, terutama KBBI ya.
Apalagi di era media sosial saat ini. Istilah kalimat atau frasa yang digunakan warganet menjadi semakin aneh, seperti ashiaaaap, mengsedih, santuy, dan sebagainya. Padahal istilah-istilah tersebut kalau mau ditelusuri lebih lanjut arti maupun maksudnya, ada kok padanan yang bisa menggantikannya.
Kalaupun tidak ada, bisa jadi menjadi saran untuk entri pemutakhiran di KBBI. Seperti seribu lebih entri baru pada pemutakhiran KBBI Oktober 2019 lalu, contohnya kata baper yang merupakan akronim dari bawa perasaan, bukber, mager dan ambyar. :)
Ah, kok susah-susah pakai bahasa baku, jadi orang jangan kaku-kaku dong! Ini cuma kalimat percakapan sehari-hari kok.
Oke, baik. Akan tetapi terkadang kebiasaan memakai bahasa menjadikan para pengguna kata maupun frasa ini menulis dalam sebuah artikel yang sifatnya formal.
Buku Recehan Bahasa karya Ivan Lanin ini merupakan kumpulan dari cuitan terpilih beliau di media sosial. Disertai dengan ilustrasi dan tulisan yang ringan, buku ini bisa menjadi teman yang asyik bagi pembaca untuk belajar dan makin cinta dengan bahasa Indonesia.
Sesekali aku merasa malu karena seringkali menggunakan pengulangan huruf tidak tiga kali. Jadi, meskipun tidak ada aturan baku jumlah pengulangan huruf demi menguatkan atau melembutkan makna. Okeee? 😉
Selain itu, pada penjelasan Ivan Lanin juga diselingi tautan untuk belajar lebih lanjut tentang kata atau frasa yang sedang dibahas. Jadi kita bisa menelusuri lebih lanjut melalui tautan tersebut.
Buku ini dipersembahkan Ivan Lanin bagi para warganet tersayang agar bisa lebih mencintai bahasa Indonesia. Kalau bukan kita sebagai warga negara Indonesia, siapa lagi?
Seperti pada saat merebaknya koronavirus di penghujung 2019 dan awal 2020, Ivan Lanin memberikan informasi mengenai padanan kata yang tepat untuk menggantikan lockdown, social distancing, work from home.
Kuasai bahasa, kuasai dunia. - Ivan Lanin
Dengan kalimat yang asyik dan mudah dipahami, Ivan Lanin menjelaskan secara runut arti dan makna dari istilah-istilah tersebut dan akhirnya mengerucut kepada satu simpulan padanan kata yang tepat.
Penutup
Nah, bagaimana Teman-teman? Sudah tertarik dengan buku Recehan Bahasa karya Ivan Lanin ini?
Buku Recehan Bahasa ini merupakan sebuah buku tentang pengetahuan praktis berbahasa Indonesia yang kadang diremehkan oleh penuturnya sendiri. Untuk kalian yang ingin mencintai atau mengasah keterampilan berbahasa nasional, buku asyik ini wajib dimiliki.
"Konten media sosial itu camilan. Makanan utamanya adalah buku. Camilan memang menarik, tetapi kurang bergizi. Sudah baca buku hari ini?" - Ivan Lanin
Kalau kalian mau mendapatkan buku ini, mudah kok. Bisa melalui toko buku kesayangan atau pesan di Lapak.Naqi ya. Salam literasi :).
Wah, keren banget ini buku, semoga lain waktu saya bisa sisipkan uang untuk beli deh. Mungkin saat ini belum bisa karena sedang menabung untuk beli hp. Semoga bulan depan sudah bisa pesan.
ReplyDeleteSuka deh resensi buku ala mbak Naqi. Selain yang dipilih buku-buku yang tak biasa, bahasannya juga ringan, mengalir gitu aja.
ReplyDeleteKeren nih, patut dibaca sama warganet khususnya yang masih pelajar agar memperluas pengetahuan berbahasa yang "acapkali" sering dianggap remeh.
ReplyDeleteIni yang saya cari. Saya dulu sembilan tahun bekerja sebagai jurnalis di koran nasional, selama itu pula berkutat dengan bahasa baku. Sekarang setelah resign dan menjadi blogger saya meninggalkan kebiasaan lama karena merasa susah dekat dengan pembaca kalo mempertahankan bahasa baku nan kaku.
ReplyDeleteKayaknya saya harus baca buku ini deh. Pengen banget belajar lagi bagaimana bahasa recehan pun bisa tetap bagus, tanpa mengurangi kaidah bahasa indonesia yang seharusnya.
Hai kakak,aku Dennise lihat dari judulnya saja sudah menarik ya Recehan Bahasa.Penasaran mau membacanya lebih dalam lagi.Semoga tahun depan berkesempatan untuk membelinya
ReplyDeleteJudulnya keren banget ...
ReplyDeleteternyata berkorelasi dengan bukunya Ivan Lanin
jadi pingin beli bukunya buat koleksi dan untuk hadiah
karena banyak orang Indonesia yang gak bisa bahasa Indonesia :D
Sebenarnya cukup produktif menulis buku dan membagikannya melalui artikel, akhirnya penting membaca karya seperti buku
ReplyDeleteJadi membingungkan soal kata baku yang padahal gak kaku karena ketindih dengan bahasa gaul.
ReplyDeleteBuku ini menginspirasi untuk bisa benar dan tepat dalam berbahasa
Kalau dilihat, asyik sekali ini ya kan cara belajarnya. Jadi, enggak cepat bosan gitu dan menariklah untuk dibaca. Saya kepengen ikutan baca juga nih.
ReplyDeleteoke, langsung saya masukkan ke dalam grup daftr buku yang wajib di beli ..
ReplyDeleteBuku baguuuuus. Bangga dong jadi adik kelas Ivan Lanin di SMA, walaupun gak pernah kenal. Hihi.... Ulasan Naqi juga bagus, rapi.
ReplyDeleteIvan lanin ini tulisan dan idenya bagus2 sangat memotivasi para blogger. Gaya menulisnya juga humanisme dan cocok seperti kang Maman.
ReplyDeleteSiap, bukunya menarik utk dibaca. makasi sudah berbagi referensi buku keren ini. Sangat memotivasi dan menginspirasi. khususnya buat para blogger.
ReplyDeleteAku ngikuti Ivan Lanin di sosmed dan selalu jleb diingatkan ini itu terkait kaidah berbahasa yang baik dan benar. Aku mau banget baca Recehan Bahasa karya Ivan Lanin ini dong...
ReplyDeleteKeren banget bukunya ya, Mb. Aku kadang ga paham kenapa anak-anak sekarang suka mengubah penulisan kata di sosmed seperti mengsedih. Khawatirnya krn terbiasa seperti itu, mereka tidak tahu penulisan yg benar. Kn jadi sedih ya. Buku ini cocok bgt sih dibaca anak zaman now.
ReplyDeleteWah, jadi penasaran sama bukunya. Karena saya termasuk suka menggunakan kata slang di media sosial :( . Jadi tamparan sih untuk belajar bahasa dengan baik dan benar
ReplyDeleteWow, aku juga kadang banyak menggunakan bahasa campuran haha.. Meski sekarang sudah mulai ku imbangi saat ikut proyek antologi, biar kebiasaan.
ReplyDeleteNulisbapapun sekarang lebih nyaman menggunakan bahasa baku. Tapi tetap sih.. yang penting ga kaku.
saya ngikuti Ivan lanin di Twitter. Ternyata dia nerbitkan buku juga ya. bagus juga sih karena sekarang banyak banget bahasa baru yg muncul. Mau ga mau kita harus adaptasi dengan menggunakannya
ReplyDeleteMasya allah bagus banget kutipannya. Kuasai bahasa, kuasai dunia.
ReplyDeleteDan memang benar, banget itu.
Pernah denger juga kalau rakyat +62 dituduh paling banyak merusak bahasa melayu yang jadi ikon asia tenggara karena banyak lahirnya bahasa-bahasa gaul dan kekinian ala-ala anak zaman now. So sad
ReplyDeletemenarik sekali ulasannya mba... apalagi buat penulis yaa, penting buat tau biar gak sekedar latah ikut kekinian 😇
ReplyDeleteNah, betul sekali ini Mbak Naqi, penggunaan bahasa memang sekarang lagi begitu. Sangat berbeda dengan beberapa tahun terakhir, yang masih sangat memperhatikan pakem-pakem dalam kebahasaan.
ReplyDeletebuku ini tercipta dari kegemesan kak ivan pastinya sama bahasa kita sehari-hari yang makin aduuh. Tapi memang manusia dan bahasa saling berkembang jadi ya kadang berkembang ke arah yang mana ga bisa ditebak
ReplyDelete