Di tengah-tengah gempuran berita di negeri ini yang makin kesini makin makin aja, akhirnya ada berita adem, Sastra masuk Kurikulum yang diluncurkan kemarin pukul 14.00 WIB. Apa dan gimana sih program baru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini?
Apa sih Sastra Masuk Kurikulum itu?
Program “Sastra Masuk Kurikulum” adalah turunan dari program Episode Merdeka Belajar 15: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Program ini dirancang untuk memperkenalkan siswa pada beragam karya sastra dari berbagai budaya dan periode waktu.
Program ini diinisiasi oleh Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan sejak tahun 2023 dengan mengumpulkan beberapa sastrawan, akademisi, dan pendidik yang memiliki perhatian khusus terhadap pemanfaatan sastra dalam pembelajaran di sekolah.
Tepat pada tanggal 20 Mei kemarin ini Kemendikbud resmi meluncurkan program "Sastra Masuk Kurikulum". Setelah melalui proses kurasi yang melibatkan sastrawan dan guru, direkomendasikan daftar panjang buku sastra yang bisa dipergunakan sebagai bahan ajar untuk masing-masing jenjang yakni SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Anindito Aditomo berpendapat bahwa sastra mendorong pembaca membayangkan realitas alternatif dan cara pikir serta perasaan para tokohnya sehingga sastra merupakan media belajar yang sangat berharga.
Pentingnya Sastra Masuk Kurikulum
Beberapa alasan utama mengapa program "Sastra Masuk Kurikulum" sangat bernilai adalah karena berkaitan dengan perkembangan intelektual, emosional, dan sosial siswa. Berikut adalah beberapa alasan utama:
1. Meningkatkan Minat Baca
Program ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi berbagai genre sastra, mulai dari puisi, novel maupun cerpen, hingga naskah drama, yang dapat meningkatkan minat mereka terhadap kegiatan membaca.
Karya sastra sering kali memiliki cerita yang menarik dan menghibur, yang bisa memotivasi siswa untuk membaca lebih banyak.
2. Mengembangkan Empati
Membaca tentang pengalaman dan emosi karakter dalam karya sastra dapat membantu siswa mengembangkan empati dengan memahami perspektif yang berbeda.
Karya sastra sering kali menampilkan karakter dari latar belakang budaya, sosial, dan ekonomi yang berbeda, yang dapat meningkatkan pemahaman dan penghargaan siswa terhadap keberagaman.
3. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis
Karya sastra akan menuntut siswa untuk menganalisis teks, mengidentifikasi tema, simbolisme, dan struktur naratif, yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka.
Membicarakan buku di kelas membantu siswa menjadi lebih baik dalam menjelaskan pemikiran dan ide mereka, serta memahami apa yang mereka baca.
4. Mengembangkan Kreativitas
Karya sastra dapat menjadi inspirasi bagi siswa untuk menulis cerita mereka sendiri, menciptakan puisi, atau bahkan membuat adaptasi drama.
Membaca dan menulis sastra memberikan siswa sarana untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka secara kreatif.
5. Meningkatkan Kemampuan Bahasa dan Literasi
Karya sastra sering menggunakan bahasa yang kaya dan kompleks, membantu siswa memperluas kosa kata dan memahami struktur bahasa yang lebih baik.
Membaca karya sastra yang beragam meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami berbagai teks, yang penting untuk literasi fungsional dan akademik.6. Menghubungkan dengan Budaya dan Identitas
Karya sastra lokal dan klasik memperkenalkan siswa pada budaya dan sejarah mereka, membantu membangun identitas dan kebanggaan nasional.
Karya sastra universal memperkenalkan siswa pada tema-tema kemanusiaan yang luas, memungkinkan mereka untuk memahami isu-isu global dan hubungan antar manusia.
7. Menyediakan Pembelajaran yang Integratif
Sastra dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran lain seperti sejarah, sosial, dan seni, menciptakan pembelajaran yang lebih holistik dan kontekstual.
Nilai-nilai moral dan etika yang sering ditemukan dalam karya sastra membantu dalam pengembangan karakter dan pendidikan moral siswa.
"Di dalam cerita, kita menemukan cermin yang mencerminkan kemanusiaan kita. Sastra membawa kita ke dalam pikiran dan perasaan karakter-karakternya, membuka mata kita terhadap pengalaman manusia yang beragam dan kompleks. Dengan memahami sastra, kita memahami diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita dengan lebih dalam." - SIBI
Panduan Guru untuk Bersastra di Ruang Kelas
Jadikan program Sastra Masuk Kurikulum ini sebagai kesempatan untuk memiliki pengalaman bersastra bagi guru maupun siswa. Nah, berikut panduan untuk guru yang menggunakan buku sastra di ruang kelas.
- Guru harus membaca buku yang akan digunakan sampai selesai sebelum membawakannya ke kelas. Guru sangat disarankan untuk mendampingi siswa saat membawakan buku-buku ini di kelas.
- Guru harus mempertimbangkan apakah buku tersebut sesuai dengan dirinya, muridnya, orang tua murid, dan sekolahnya. Ada beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan dalam memilih buku, misalnya kebutuhan kelas, kemampuan siswa, topik yang sedang hangat dibicarakan, minat siswa, dan yang juga penting adalah sejauh mana kesiapan pendidik untuk dapat membawakan buku pilihan.
- Guru harus membuat rencana untuk membawakan buku ini ke kelas. Untuk melakukan ini, guuru harus membaca disclaimer atau penolakan yang tercantum dalam Panduan Penggunaan Buku Sastra.
Tidak hanya siswa yang diharapkan akan belajar tentang karya sastra Indonesia yang luar biasa, tetapi juga guru akan memiliki ruang bersastra yang sama. Lalu diskusi seru dan kritis akan terjadi di ruang belajar.
Sumber:
https://buku.kemdikbud.go.id/sastra-masuk-kurikulum
Berita perihal sastra masuk kurikulum ini cukup menggembirakan ya, hanya saja memang perlu dikaji ulang menurut saya sebab beberapa judul buku dari disklaimernya pun ada yang tidak cocok untuk pendidikan anak, selain itu orangtua jadi cukup terbantu untuk memilih buku anak-anaknya..
ReplyDeletekalau di kota mungkin cukup menggembirakan ya, tetapi kalau di desa, entah gimana. Ya sih tidak semua daerah bisa digeneralisir. Bagusnya, anak-anak jadi lebih terbiasa dengan sastra. Semoga kabar gembira ini bisa teralisasi dan diterima semua lapisan masyarakat.
ReplyDeleteSeingat saya jaman sekolah dulu sastra sdh diperkenalkan juga di sekolah. Apa kurikulum2 yg kemarin2 berbeda dengan kurikulum jadul ya? (Maaf sy tdk tahu perkembangan kurikulum karena sdh lama tdk ada anggota kelg yg msh sekolah menengah, hehe..)
ReplyDeleteBTW, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Anindito Aditomo itu istrinya dulu seorang penulis novel remaja favoritku dulu lho saat SMA. Mungkin keputusan ini juga sedikit banyak terinspirasi oleh istrinya. Mengajak generasi muda sekarang untuk kembali menyukai sastra Indonesia. Jujur, melihat kurikulum yang sekarang memang tidak sepertinya tidak ada sastra yang dibahas.
ReplyDeleteaku setuju banget karena dari sastra bisa ngasah cara berpikir kritis dan kreatif, biar ga melulu menghafal. ini penting buat ngebantu siswa nentuin langkah selanjutnya dalam hidup mereka (meski masih dalam usia sekolah), supaya ga mudah kebawa arus sana-sini tanpa mengerti apa yang sebenernya mereka lakukan.
ReplyDelete